Arsip

Archive for the ‘Uncategorized’ Category

Anak-anak Pemulung – Reviu Novel Andy Mulligan

Agustus 13, 2012 5 komentar

Beberapa hari yang lalu, waktu ke Banjarmasin untuk menjenguk famili yang sakit sekalian saya mampir ke toko buku dan membeli 2 novel. The Eyes of The Dragon-Mata Naga karya novelis kondang Stephen King (1987) yang baru diterjemahkan oleh Gramedia Pustaka Utama Mei 2012 lalu dan sebuah novel tipis karya Andy Mulligan yang berjudul Trash—Anak-anak Pemulung (juga baru diterbitkan Juli 2012 lalu oleh Gramedia Pustaka Utama) menjadi pilihan saya. Sudah lama gak baca novel. Pikir saya, mumpung puasa dan libur, baca novel tentu akan cukup menghibur saat menunggu beduk.

Pilihan saya terhadap Trash—Anak-anak Pemulung ternyata tidak salah, meskipun saya terkecoh oleh pemikiran saya sendiri setelah membaca endorsmen novel di bagian belakang buku. Begini bunyi endorsmen di balik buku itu:

Namaku Raphael Fernandez dan aku anak pemulung.

iga sahabat—Raphael, Gardo dan Tikus. Mereka tinggal di tumpukan sampah, seumur hidup memilah-milah sampah. Suatu hari mereka menemukan sesuatu yang luar biasa di antara sampah-sampah itu—suatu rahasia berbahaya—dan mulai saat itu mereka diburu tanpa ampun.

Ketiga anak ini diburu dari selokan-selokan kota yang kotor sampai ke jalan-jalan raya yang megah. Tetapi mereka tidak bisa melarikan diri selamanya. Mereka butuh keajaiban.

Anak-anak pemulung adalah kisah yang orisinal, universal, dan akan membuat anda tercekat.

Lah, saya waktu membeli novel ini akan mengira kisah petualangan tiga sahabat yang merupakan pemulung anak itu, adalah kisah tentung penemuan “sesuatu” yang bersifat mistis, yang membawa mereka pada peristiwa-peristiwa semacam dikejar kelompok pemuja setan atau iblis jahat dari neraka yang ingin menguasai dunia. Atau, boleh juga tentang penemuan “benda” dari planet lain milik sekelompok alien yang mendarat di area pembuangan sampah. Ternyata ini kisah memang orisinal. Di luar dugaan saya benda yang mereka temukan justru sebuah tas berisi surat dan peta yang membawa mereka pada kesulitan karena dikejar-kejar polisi.

Cerita semakin di luar dugaan saya, karena polisi-polisi itu merupakan suruhan orang kuat di negara mereka tinggal (Tidak jelas dimana setting cerita: tapi dari setiap potongan informasi yang disajikan dalam novel ini saya menduga terjadi di Filipina), yaitu seorang wakil presiden. Mereka dikejar-kejar polisi karena tas itu berisi informasi penting tentang uang tunai sebesar 6 juta dolar yang dicuri dari rumah wakil presiden.

Asyiknya cerita, uang tersebut ternyata adalah uang hasil penyelewengan sang wakil presiden terhadap bantuan PBB pada program pemberdayaan rakyat di negaranya yang miskin dengan para pejabat dan pegawainya yang korup. Dan, polisi-polisi yang mengejar ketiga anak yang cerdas dengan karakter-karakter menarik itu juga polisi-polisi yang korup.

Berkat kecerdasan dan keberanian ketiganya, Raphael, Gardo, dan Tikus selalu berhasil mendahului langkah-langkah polisi dalam upaya mendapatkan uang yang telah disembunyikan si pencuri di sebuah peti mati di komplek kuburan terbesar di tengah kota. Berbagai kejadian mendebarkan bahkan mengancam jiwa ketiganya berhasil dilalui, mulai dari penculikan terhadap Raphael, penyamaran Gardo dengan memanfaatkan Olivia (seorang pekerja sosial berkebangsaan Amerika) untuk menemui seorang tahanan politik dalam penjara, hingga mereka dapat memecahkan kode rahasia dalam surat terakhir si pencuri uang.

O ya, buku ini memikat selain karena ceritanya, juga karena gaya penceritaan oleh beberapa karakter secara bergantian sebagai orang pertama tunggal. Beberapa bab pertama tokoh aku adalah Raphael, lalu pada bab berikutnya tokoh aku adalah Raphael, kemudian Olivia, dan Tikus. Bahkan kadang-kadang sudut penceritaan bepindah ke kami—Raphael, Gardo, dan Tikus. Gaya bercerita seperti ini mungkin digunakan oleh Andy Mulligan untuk menyesuaikan jalan cerita dengan kesan yang ingin dimunculkan pada setiap bagian buku. Setiap karakter yang menceritakan kisah ini akhirnya membentuk warna yang kaya pada novel ini. Raphael yang manis, agak penakut, tapi tegar dan cerdas-Gardo yang tampan, percaya diri, berani menantang bahaya, atletis, selalu melindungi sahabat-sahabatnya-serta Tikus yang kurus, ringkih, kelihatan lemah, buta huruf, suka mencuri uang dari Sekolah Misa, tetapi pada dasarnya cerdik, baik hati, dan juga pemberani.

Beberapa kelemahan alur cerita berhasil ditutupi oleh penulis (Andy Mulligan) pada akhir novel dengan menyelipkan catatan kecil mengapa sang wakil presiden menyimpan uang tunai dalam jumlah besar di rumahnya. Catan kecil tersebut menutup celah pada alur cerita. Lubang lemah pada alur lain juga ditutup dengan Surat Terakhir dari Si Pencuri Uang yang ditujukan kepada siapa saja yang menemukan uang curian itu, yang telah diselipkannya di antara tumpukan uang yang Raphael, Gardo, dan Tikus temukan.

Puas rasanya membeli Trash—Anak-anak Pemulung. Ah, semoga bacaan berikutnya—The Eyes of The Dragon (Mata Naga) gak kalah bagus mengingat nama besar Stephen King.

Amuntai Kebanjiran Lagi!

April 26, 2010 11 komentar

Ini kali kedua kota Amuntai mengalami banjir di tahun 2010 ini. Sepertinya, dari tahun ke tahun ketinggian air yang meluapi kota semakin tinggi saja. Dampak dari apa ini? Pembalakan hutan di daerah aliran sungai (DAS) dan hulu sungai? Aktivitas penambangan batu bara? Pengalihan fungsi lahan daerah resapan (rawa) menjadi pemukiman? Pendangkalan alur sungai karena perilaku warga masyarakat yang suka buang sampah di sungai dan erosi daerah gundul di hulu yang membawa lumpur? Atau perumahan penduduk di tepi sungai yang menghalangi kelancaran arus sungai? Entahlah. Perlu kajian mendalam tentang ini agar kita tidak saling menyalahkan satu sama lain. Dan, yang terpenting banjir bisa diatasi di masa-masa yang akan datang.

Saat-saat awal air mulai menggenangi SMPN 4 Amuntai. Semua melepas sepatu, mengangkat rok dan celana.

Hari Kamis (22/4/2010), SMPN 4 kedatangan tamu mahasiswa-mahasiswa UT dari kota Barabai yang harus melaksanakan Praktik Mengajar, "setengah dipaksakan" siswa belajar dalam kondisi kaki terendam air. Kasihan.

Pemandangan banjir di salah satu ruas jalan yang saya lewati kalau pergi ke sekolah. Sebenarnya di tengah kota (depan kantor Pemda Kab. HSU) banjir jauh lebih dalam, hanya saja saya malas melewati jalan itu kalau sekedar untuk mengambil foto, takut sepeda motor saya mogok.

Bagaimana dengan daerah tempat tinggal Anda? Kebanjiran juga?

Kategori:Uncategorized Tag:,

Alifa Rahma Rizqina Suhadi

Oktober 20, 2009 15 komentar

Author: Suhadi

Kehadiranmu melengkapi hidup kami, putriku

(dari ayah-bundamu: Suhadi – Nove Hasanah)

Lahir: Ahad, 27 September 2009

Kategori:Uncategorized