Arsip

Posts Tagged ‘itik alabio’

Rawaku yang Terlantar

Mei 27, 2008 9 komentar

Tadi siang saya melayat ke rumah famili yang meninggal dunia di Desa Telaga Mas. Saat menyusuri titian panjang dari papan kayu ulin selebar lebih kurang 150 cm yang terentang dari Desa Bitin ke Desa Telaga Mas di Kecamatan Danau Panggang sepanjang kira-kira 3 kilometer tadi siang terpikir oleh saya betapa luasnya kawasan rawa di daerah saya. Setelah saya buka-buka di sini, betapa bertambah kagumnya saya. Dari keseluruhan luas wilayah Kabupaten Hulu Sungai Utara sebesar 892,7 km2, ternyata 570 km2 (63,85%) adalah rawa dan diakui oleh situs resmi Pemda Kab. HSU ini bahwa lahan rawa ini belum digarap secara optimal. Lebih rinci penggunaan lahan di Kab. HSU adalah sebagai berikut: (1) kampung/pemukiman penduduk 4.283 ha; (2) sawah 23.853 ha; (3) kebun campuran 1.859 ha; (4) hutan rawa 29.711 ha; (5) rumput rawa 22.768 ha; dan (6) penggunaan lainnya yang  tidak dirinci seluas 1.224 ha. (Hi..hi..hi…., satuan luas yang dipakai beda, untuk konversi dari ha ke km2 bisa lihat di sini. Hitung sendiri ya, bener gak data orang pemda itu?)

 

Saya ingin menggarisbawahi kata-kata belum digarap secara optimal di atas. Menurut saya itu pengakuan yang sungguh memalukan. Heh, selama ini pemda HSU terlena dengan pendapatan daerah dari sektor pertambangan batubara—walaupun manfaat penambangan batubara untuk masyarakat HSU sendiri tak begitu dirasa. Batubara lebih banyak diekspor ke negara pemilik modal besar dan menyisakan kerusakan lingkungan bagi kami. (Ingat-ingat dong! Bangsa kita sedang krisis energi!) Setelah daerah penghasil emas hitam itu memisahkan diri dari Kab HSU dan membentuk kabupaten baru—Kabupaten Balangan baru Pemda HSU gigit jari. Baca selengkapnya…